Abstrak: Gereja Katolik Indonesia melalui para Uskupnya sejak 1997 menjadi lebih berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Suara kenabian Gereja ini sangat diperlukan oleh masyarakat pada umumnya dan umat Katolik pada khususnya untuk melanjutkan reformasi yang sudah dimulai dengan jatuhnya pemerintahan Soeharto.
Abstrak
Michel Foucault: Intelektual Spesifik Versus Intelektual Universal
Abstrak: Artikel ini menyajikan pandangan Foucault tentang intelektual spesifik sebagai lawan dari intelektual universal atau tradisional yang diklaim oleh para pemikir modernis, yang pada umumnya mendasarkan pemikiran mereka pada esensi, fondasi, transendensi, universalia, atau apa yang disebut narasi-narasi besar. Intelektual spesifik Foucault tidak didasarkan pada akal universal yang dilihat sebagai sumber dari semua kapasitas manusiawi yang membebaskan. Dalam kuliah-kuliah dan seminar-seminarnya yang terakhir, Foucault berbicara mengenai parrhesia (truth-telling), yaitu bagaimana seorang individu menyadari dirinya sebagai subjek kebenaran dan etika.
Bereksistensi Dalam Transendensi Menurut Pemikiran Karl Jaspers
Abstrak: Karl Theodor Jaspers, seperti para eksistensialis lain, bergumul dengan persoalan eksistensi manusia. Kekhususan Jaspers terletak pada titik fokus. Orientasi pemikiran Jaspers tidak bukan pada struktur eksistensi, tetapi pada pencapaian eksistensi. Menurut Jaspers, manusia tidak memiliki kekuatan untuk bereksistensi. Eksistensi hanya dapat dicapai dalam relasi dengan Transendensi. Berangkat dari keyakinan ini, Jaspers membangun pemikiran eksistensial metafisiknya dengan pertanyaan dasar, bagaimana manusia dalam situasi konkrit dapat menjangkau Transendensi.
Polemik dan Inti Perspektivisme Nietzsche
Abstrak: Nietzsche menegaskan bahwa perspektivisme adalah suatu kondisi dasar manusia di hadapan realitas. Dari gagasan tersebut sekurang-kurangnya muncul dua pendekatan utama. Di satu sisi, kalangan Nietzsche analitik-naturalis cenderung memposisikan perspektivisme sebagai teori pengetahuan belaka. Di sisi lain, kelompok Nietzsche Baru hanya memprioritaskan perspektivisme sebagai metode genealogis psiko-fisiologis yang tidak ada sangkut pautnya dengan realitas sebagaimana adanya. Menurut penulis, kedua pendekatan tersebut sesungguhnya tidak memadai dan mengaburkan inti perspektivisme Nietzsche, yakni sebagai seni penyelubungan yang senantiasa berkaitan dengan tipe manusianya.